BAB 11
KAJIAN TEORI
1. Imunisasi
a. Pengertian imunisasi
Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti
pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa
jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap
dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya
berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi,
terhadap penyakit menular (Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001).
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari
sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara
kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman
penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman termasuk antigen
yang masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti
yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk
membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai
“pengalaman”. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai
memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi
dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah
sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, perlu
dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai
tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau
seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Gordon,
2001).
Di Indonesia imunisasi mempunyai pengertian sebagai tindakan
untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak, agar
terlindung dan terhindar dari penyakit-penyakit menular dan
berbahaya bagi bayi dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar, 2002).
b. Jenis imunisasi
wajib
Berdasarkan
program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non PPI yang dianjurkan.
Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau kematian.
Sedangkan imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit-penyakit khusus yang
biasanya tidak seberat kelompok pertama. Jenis imunisasi wajib terdiri dari:
(Sri Rezeki, 2005)
1). BCG (Bacille
Calmette Guerin)
Imunisasi BCG
berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat.
Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2 – 3 bulan. Dosis
untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara
intra dermal di bawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak
dianjurkan BCG ulangan. Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada
bekas suntikan.
BCG tidak dapat
diberikan pada pasien pengidap leukemia, dalam pengobatan steroid jangka
panjang, atau pengidap HIV. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
2). Hepatitis B
Imunisasi
Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian imunisasi
Hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus
Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan. Ulangan imunisasi Hepatitis
B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Apabila sampai usia 5 tahun anak
belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B maka diberikan secepatnya.
Penyakit ini
dapat ditemukan di seluruh dunia yang disebabkan virus Hepatitis B. Penyakit
ini sangat menular dan disebabkan virus yang menimbulkan peradangan pada hati.
Pada bayi respon imun alami tidak dapat membersihkan virus dari dalam tubuh.
Kurang lebih 90 persen bayi dan 5 persen orang dewasa akan terus membawa virus
ini dalam tubuhnya setelah masa akut penyakit ini berakhir.
Seorang wanita
hamil pembawa virus Hepatitis B atau menderita penyakit itu selama
kehamilannya, maka dia dapat menularkan penyakit itu pada anaknya. Paling tidak
3,9 persen ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal kurang lebih sebesar 45 persen. Karena itu, vaksinasi hepatitis B
merupakan cara terbaik untuk memastikan bayi terlindungi dari Hepatitis B. Jika
tidak dilakukan, hati akan mengeras dan menimbulkan kanker hati di kemudian
hari.
3). DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT
untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus.
Difteri disebabkan bakteri Corynebacteriumdiphtheriae yang sangat
menular. Dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan
gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi
selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan
kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk
jantung.
Batuk rejan
yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan bakteri Bordetella
pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara
terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan
berlarut-larut, pertusis bisa menyebabkan infeksi di paru-paru.”
Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus,
membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan
otak.
Tetanus
merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari clostridium
tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan manusia.
Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang
telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari
cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat
terinfeksi kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan
kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus
sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi.
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak anak umur dua bulan
dengan interval 4 – 6 minggu. DPT 1 diberikan umur 2 – 4 bulan, DPT 2 umur 3 –
5 bulan, dan DPT 3 umur 4 – 6 bulan. Ulangan selanjutnya, yaitu DPT 4 diberikan
satu tahun setelah DPT 3 pada usia 18 – 24 bulan, dan DPT 5 pada usia 5 – 7
tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di
sekolah dasar. Ulangan DPT 6 diberikan usia 12 tahun mengingat masih dijumpai
kasus difteri pada umur lebih besar dari 10 tahun. Dosis DPT adalah 0,5 ml.
Imunisasi DPT pada bayi tiga kali (3 dosis) akan memberikan imunitas
satu sampai 3 tahun. Ulangan DPT umur 18 – 24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang
imunitas 5 tahun sampai umur 6-7 tahun. Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/DT 5)
bila diberikan pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun
lagi, yaitu sampai umur 17-18 tahun. Imunisasi ini akan melindungi bayi dari
tetanus apabila anak-anak tersebut sudah menjadi ibu kelak. Dosis toksoid
tetanus tambahan yang diberikan tahun berikutnya akan memperpanjang imunitas 20
tahun lagi.
4). Polio
Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes
per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat Indonesia
merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI imunisasi polio diberikan
segera setelah lahir pada kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah
cakupan yang luas.
Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah
bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak
mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui
tinja. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisai polio 4.
Selanjutnya saat masuk sekolah usia 5-6 tahun.
5). Campak
Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9 bulan.
Hanya saja, mengingat kadar antibodi campak pada anak sekolah mulai berkurang,
dianjurkan pemberian vaksin campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar pada
usia 5-6 tahun. Biasanya melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
c. Jadwal Pemberian
Imunisasi
Tabel 2. Jadwal Pemberian
Imunisasi
No
|
Jenis
Imunisasi
|
Bulan |
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
9
|
15
|
||
1
|
Hepatitis B
|
I
|
II
|
III
|
|||||
2
|
BCG
|
X
|
|||||||
3
|
DPT
|
I
|
II
|
III
|
|||||
4
|
Polio
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
5
|
Campak
|
X
|
Sumber: Program pengembangan
imunisasi Depkes (Markum, 2002)
d. Manfaat imunisasi
Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit, cacat dan
kematian. Sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan
dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Di dunia
selama tiga dekade United Nations Childrens Funds (UNICEF) telah
menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan
pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio,
Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, risiko kematian anak yang menerima vaksin
dengan yang tidak menerima vaksin kira-kira 1: 9 sampai 1: 4 (Nyarko et
al., 2001).
Di Amerika Imunisasi pada masa anak-anak merupakan salah satu
sukses terbesar dari sejarah kesehatan masyarakat Amerika pada abad 20.
Sejarah mencatat di Amerika Serikat terdapat empat jenis imunisasi yang
berhasil, seperti: Dipteri, Pertussis, Polio, dan Campak (Baker, 2000).
2. Imunisasi Alami dan Imunisasi
Buatan
§ Imunisasi alami adalah tindakan pencegahan yang dilakukan oleh
tubuh.
§ Imunisasi buatan adalah tindakan pencegahan untuk melawan penyakit
tertentu secara buatan dengan menggunakan pil atau suntikan.
w Imunisasi diperoleh dari sumber-sumber berikut :
a.
Mikroorganisme mematikan yang
dimatikan
b.
Strain hidup yang tidak
mematikan
c.
Toksin yang dimodifikasi
d.
Antigen hasil isolasi
e.
Antigen hasil rekayasa genetic
JENIS-JENIS IMUNISASI
1. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak
berumur 2 bulan.
2. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin
yang melindungi terhadap difteri,
pertusis, dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernapasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan
batuk hebat sehingga anak tidak bias bernapas, makan atau minum. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan
otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bias menyebabkan kekakuan pada rahang
serta kejang.
3. Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan
aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus.
4. Imunisasi TT
Imunisasi tetanus toksoid (TT)
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus.
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1
dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.
6. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan
terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
7. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah
infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan
meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak
tersedak.
8. Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan
perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang
membentuk lepuhan kemudian secara perlahan mongering dan membentuk keropeng
yang akan mengelupas.
9. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan
terhadap hepatitis B. Hepatitia B adalah suatu infeksi hati yang bias
menyebabkan kanker hati dan kematian.
10. Imunisasi Pneumokokus konjugata
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi
telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti
meningitis dan bakterimia (infeksi darah).
w IMUNISASI AKTIF DAN
IMUNISASI PASIF
Imunisasi aktif adalah pemberian
kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk
merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio
atau campak.
Imunisasi pasif adalah penyuntikan
ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain
adalah yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersaebut menerima
berbagai jenis antibody dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibody terhadap campak.
Vaksin antara kain untuk penyakit :
- Tetanus
Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat
dalam tubuh oleh bakteri Clostridium tetani. Macam vaksinnya adalah toksoid,
diberikan dalam bentuk suntikan.
- Meningitis meningokokus (Meningokok)
Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan
oleh bakteri Neisseria meningitidis (meningokokus).
- Tifoid
Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam tifoid.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi.
- Campak (Measle)
- Parotitis (Mumps) atau gondongan
Parotitis disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar
air liur di mulut dan banyak diderita anak-anak dan orang muda.
- Rubella (campak Jerman)
Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus,
mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir dan
radang selaput tekak.
- Yellow fever (demam kuning)
Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes
dan Haemogogus.
- Hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan
hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).
- Japanese B enchephalitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbilkan
infeksi pada otak. Virus dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia
(dari India timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia).
- Rabies
Penyakit infeksi pada otak ini disebabkan oleh virus.
Vaksin diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0,7, dan 28.
- Influenza
Penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga
Orthomyxoviridae ini menimbulkan wabah yang berulang dengan aktivitas kuat
serta kejadian infeksi dan kematian yang tinggi pada semua usia.
RESPON IMUN
Respon Imun adalah cara yang dilakukan tubuh untuk
memberi respon terhadap masuknya pathogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Respon imun dibedakan menjadi 2 yaitu:
a)
Respon Imun Non Spesifik
Respon ini timbul terhadap jaringan tubuh yang rusak
atau terluka. Respon imun non spesifik berupa inflamasi dan fagositosis.
Inflamasi merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan
jaringan. Reaksi ini mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain dan
mempercepat proses penyembuhan.
Tanda-tanda terjadi inflamasi :
1
Timbul warna kemerahan,
disebabkan pembuluh darah membesar dan meningkatkan aliran darah ke area yang
rusak.
2
Timbul panas, disebabkan aliran
darh yang lebih cepat
3
Terjadi pembengkakan
4
Timbul rasa sakit
Fagositosis dilakukan oleh sel darah putih jenis
neutrofil dan monosit. Proses fagositosis meliputi sel darah putih menelan
pathogen.
b)
Respon imun Spesifik
Respon ini melindungi tubuh dari serangan pathogen dan juga
memastikan pertahanan tubuh tidak berbalik melawan pertahanan tubuh itu sendiri
No comments:
Post a Comment