ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN
DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
A.
KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Luka bakar adalah
suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir
yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
2. Etiologi
a. Luka bakar termal
(cedera terbakar, kontak dan kobaran api).
b. Luka bakar
listrik.
c. Luka bakar kimia.
d. Luka bakar
radiasi.
3. Fase Luka Bakar
a.
Fase akut.
Disebut sebagai
fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan
berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada
fase akut.
Pada fase akut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok
(terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan
respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan
keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas
sirkulasi.
b.
Fase sub akut.
Berlangsung
setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
1) Proses inflamasi
dan infeksi.
2) Problempenuutpan
luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas
dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3) Keadaan
hipermetabolisme.
c.
Fase lanjut.
Fase lanjut akan
berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit
berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
4. Klasifikasi Luka Bakar
a. Dalamnya luka bakar.
Kedalaman
|
Penyebab
|
Penampilan
|
Warna
|
Perasaan
|
Ketebalan partial superfisial
(tingkat I)
|
Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
|
Kering tidak ada gelembung.
Oedem minimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila
tekanan dilepas.
|
Bertambah merah.
|
Nyeri
|
Lebih dalam dari ketebalan partial
(tingkat II)
-
Superfisial
-
Dalam
|
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.
Jilatan api kepada pakaian.
Jilatan langsung kimiawi.
Sinar ultra violet.
|
Blister besar dan
lembab yang ukurannya bertambah besar.
Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas
berisi kembali.
|
Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink,
daerah merah coklat.
|
Sangat nyeri
|
Ketebalan sepenuhnya
(tingkat III)
|
Kontak dengan bahan cair atau padat.
Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan arus listrik.
|
Kering disertai kulit mengelupas.
Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang
mengelupas.
Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
|
Putih, kering, hitam, coklat tua.
Hitam.
Merah.
|
Tidak sakit, sedikit sakit.
Rambut mudah lepas bila dicabut.
|
b. Luas luka bakar
Wallace membagi
tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine
atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher :
9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan
belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) genetalia/perineum : 1%
Total :
100%
c. Berat ringannya luka bakar
American college
of surgeon membagi dalam:
1) Parah – critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan,
kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi
penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
2) Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
3) Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%
5.
Patofisiologi
Luka Bakar
Eritrosit Metabolisme anemia Perubahan
nutrisi:kurang kebutuhan
Glukoneogenesis
Glikogenolisis
Resiko
infeksi Kebutuhan
O2
Luka bakar luas Resiko kerusakan Pertukaran gas
Aldosteron
Sekresi adrenal Depresi
miokard/ MDF
Katekolamin release Insufisiensi miokard
Renal flow Vasokontriksi H2O loss cardiac output
Retensi Na+ GFR Splenic
flow hipovolemik Ggn perfusi jar.
K+
loss Gagal ginjal Hipoksia hepar Asidosis
Gagal hepar Gangguan perfusi jaringan
Resiko
kekurangan volume cairan
Nyeri
Ansietas
Kerusakan mobilitas fisik
( Hudak & Gallo; 1997)
6. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Peruba-
han
|
Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama)
|
Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
|
||
Mekanisme
|
Dampak dari...
|
Mekanisme
|
Dampak dari...
|
|
Pergeseran cairan ekstra
seluler.
|
Vaskuler ke insterstitial.
|
Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar.
|
Interstitial ke vaskuler.
|
Hemodilusi.
|
Fungsi renal.
|
Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan
CO berkurang.
|
Oliguri.
|
Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah
meningkat.
|
Diuresis.
|
Kadar sodium/
natrium.
|
Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+
melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem.
|
Defisit sodium.
|
Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali
setelah 1 minggu).
|
Defisit sodium.
|
Kadar potas
sium.
|
K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn
sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal
berkurang.
|
Hiperkalemi
|
K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+
terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).
|
Hipokalemi.
|
Kadar protein.
|
Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.
|
Hipoproteinemia.
|
Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.
|
Hipoproteine-
mia.
|
Keseim-
bangan nitrogen.
|
Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan,
lebih banyak kehilangan dari masukan.
|
Keseimbangan nitrogen negatif.
|
Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas.
|
Keseimbangan nitrogen negatif.
|
Keseim-
bnagan asam basa.
|
Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang
peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan
retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.
|
Asidosis metabolik.
|
Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis,
hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme.
|
Asidosis metabolik.
|
Respon stres.
|
Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison.
|
Aliran darah renal berkurang.
|
Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam
psikologi pribadi.
|
Stres karena luka.
|
Eritrosit
|
Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil.
|
Luka bakar termal.
|
Tidak terjadi pada hari-hari pertama.
|
Hemokonsentrasi.
|
Lambung.
|
Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung,
nyeri.
|
Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah
cortison.
|
Akut dilatasi dan paralise usus.
|
Peningkatan jumlah cortison.
|
Jantung.
|
MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic
yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.
|
Disfungsi jantung.
|
Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26
unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.
|
CO menurun.
|
7. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
a.
Luka bakar grade II:
1)
Dewasa > 20%
2)
Anak/orang tua > 15%
b.
Luka bakar grade III.
c.
Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
8. Penatalaksanaan
Seperti menangani
kasus emergency umum yaitu:
a.
Resusitasi A, B,
C.
1) Pernafasan:
a) Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b) Efek toksik dari
asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
2) Sirkulasi:
a)
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler
pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi
relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
b.
Infus, kateter,
CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
c.
Resusitasi
cairan à Baxter.
1) Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
2) Anak: jumlah
resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
3) Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ à diberikan 8 jam pertama
½ à diberikan 16 jam berikutnya.
Hari
kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
d.
Monitor urine dan
CVP.
e.
Topikal dan
tutup luka
- Cuci luka dengan
savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa
diazin tebal.
- Tutup kassa
tebal.
- Evaluasi 5 – 7
hari, kecuali balutan kotor.
f.
Obat – obatan:
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang
< 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan
antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
B.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian (
Doengoes, 2000 )
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan
kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan
massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda ( dengan
cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi
perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang
keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran
urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai
stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum;
anoreksia; mual/muntah.
f.
Neurosensori:
Gejala: area batas;
kesemutan.
Tanda: perubahan
orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai
nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam
ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak;
batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral
dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam
(ronkhi).
i.
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum:
destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api:
terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas
yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal.
Cedera kimia:
tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
Cedera listrik:
cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan
luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
j.
Pemeriksaan
diagnostik:
LED: mengkaji
hemokonsentrasi.
Elektrolit serum
mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk
memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan
kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah
arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin
mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis
menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka
bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi
membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi
memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
Kadar karbon
monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan (
Doengoes ; 2000)
a.
Resiko tinggi bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia ; luka bakar
daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada.
b.
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan b/d. Kehilangan cairan melalui rute abnormal;
status hypermetabolik
c.
Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada
atau leher.
d.
Resiko infeksi b/d. Pertahanan primer tidak adequat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
e.
Nyeri b/d. Kerusakan kulit/jaringan; bentukam edem;
manifulasi jaringan cidera.
f.
Resiko kerusakan perfusi jarinagn b/d luka bakar melingkari
ekstremitas atau luka bakar listrik
dalam.
g.
Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b/d krisis situasi;
kecacatan ;nyeri.
h.
Kerusakan integritas
kulit b/d destruksi lapisan kulit
3.
Rencana
Intervensi dan Rasional
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Keperawatan
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
obstruksi trakheobronkhial; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .
Resiko kekurangan volume cairan b/d luka bakar luas.
|
Bersihan jalan nafas tetap efektif.
Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas
normal, bebas dispnoe/cyanosis.
Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia
membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi
oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30
ml/jam.
|
Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan
nadi perifer.
Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna
urine dan hemates sesuai indikasi.
Pantau drainase luka dan kejilangan yang tampak
Timbang berat badan setiap hari
Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai
indikasi
Selidiki perubahan mental
Observasi distensi abdomen,hematomesis,feces hitam.
Hemates drainase NG dan feces secara periodik.
Lakukan program kolaborasi meliputi :
Pasang / pertahankan kateter urine
Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit,
plasma, albumin.
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit,
natrium ).
Berikan obat sesuai idikasi :
- Diuretiaka
- Kalium
- Antasida
Pantau:
-
Tanda-tanda vital setiap jam selama periode darurat,
setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode
rehabilitasi.
-
Warna urine.
-
Masukan dan haluaran setiap jam selama periode
darurat, setiap 4 jam selam aperiode akut, setiap 8 jam selama periode
rehabilitasi.
-
Hasil-hasil JDL dan laporan elektrolit.
-
Berat badan setiap hari.
-
CVP (tekanan vena sentral) setiap jam bial
diperlukan.
-
Status umum setiap 8 jam.
Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan semua pakaian dan
perhiasan dari area luka bakar.
Mulai terapi IV yang ditentukan dengan jarum lubang besar
(18G), lebih disukai melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien
menaglami luka bakar luas dan menunjukkan gejala-gejala syok hipovolemik,
bantu dokter dengan pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP.
Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus,
takikardia, CVP < 6 mmHg, bikarbonat serum di bawah rentang normal,
gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan
terjadi.
Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter hitam.
Laporkan temuan-temuan positif.
Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor
histamin seperti simetidin.
|
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler.
Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine
30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot
masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.
Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein,
proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan pengeluaran urine.
Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan
perubahan selanjutnya
Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang
mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan
ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral
Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari semua
pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama).
Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau
refleks urine.
Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit
dan membantu mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan
kebutuhan penggantian cairan dan
elektrolit.
Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus
dari debris /mencegah nekrosis.
Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah
besar
Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin
menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster.
Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam pasca
luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia yang
mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan jarinagn tak adekuat.
Inspeksi adekuat dari luka bakar.
Penggantian cairan cepat penting untuk mencegah gagal
ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn yang terbakar
dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral memberikan data
tentang status volume cairan intravaskular.
Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya
peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang
intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi.
Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular
selama periode pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen
interstitial pada kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya perdarahan
GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon adrenal
dan asam HCl oleh lambung.
|
Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap
atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
|
Pasien dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteroia evaluasi: RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA
dalam renatng normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
|
Pantau laopran GDA dan kadar karbon monoksida serum.
Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan.
Pasang atau bantu dengan selang endotrakeal dan temaptkan pasien pada
ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan
(dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan
sensorium).
Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam selama tirah baring.
Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.
Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila
terjadi dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan
eskarotomi sesuai pesanan.
|
Mengidentifikasi kemajuan dna penyimpangan dari hasil yang
diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas
pada membran kapiler alveoli.
Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia
untuk jaringan. Ventilasi mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai
pasie dapat dilakukan secara mandiri.
Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko
atelektasis.
Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen
terhadap diafragma.
Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda.
Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada.
|
Resiko infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat,
kerusakan perlindunga kulit.
|
Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam, pembentukan jaringan
granulasi baik.
|
Pantau:
- Penampilan luka
bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur
bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
- Suhu setiap 4
jam.
- Jumlah makanan
yang dikonsumsi setiap kali makan.
-
Bersihakn area luka bakar setiap hari dan lepaskan jarinagn
nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan,
implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat
ditutup dengan balutan vaseline atau op site.
Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru.
Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim antibiotika topikal yang
diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara
menyeluruh di atas luka.
Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk
dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur
luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.
Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan
kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan
linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort
steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan
perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan pasien
untuk menghilangkan kebosanan.
Bial riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun
tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan.
Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet
tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan
atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral.
|
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau
penyimapngan dari hasil yang diharapkan.
Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan
pembentukan granulasi.
Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti
prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi
media yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri.
Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu
mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat
dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap 5-10 hari,
sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan
terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan
lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal
dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.
Melindungi terhadap tetanus.
Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi
paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk emmenuhi
kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan luka dan
memenuhi kebutuhan energi.
|
Nyeri b/d kerusakan kulit/jaringan, pembentukan oedema,
manipulasi jaringan cedera.
|
Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan
nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
|
Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan prn dan
sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya.
Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas.
Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan
dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan.
Berikan ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.
Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila
diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien
tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.
|
Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri
dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas
yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dnegan peningkatan
permeabilitas kapiler.
Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar,
menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan
panas.
Menururnkan neyri dengan mempertahankan berat badan jauh
dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf
pada aliran udara.
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen.
Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
|
Resiko kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari
ekstremitas atau luka bakar listrik dalam.
Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit
sekunder destruksi lapisan kulit.
|
Pasien menunjukkan sirkulasi tetap adekuat.
Kriteria evaluasi: warna kulit normal, menyangkal kebas dan
kesemutan, nadi perifer dapat diraba.
Memumjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area
luka bakar.
|
Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar
listrik, pantau status neurovaskular dari ekstermitas setaip 2 jam.
Pertahankan ekstermitas bengkak ditinggikan.
Beritahu dokter dengan segera bila terjadi nadi berkurang,
pengisian kapiler buruk, atau penurunan sensasi. Siapkan untuk pembedahan
eskarotomi sesuai pesanan.
Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan
nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan
kontrol infeksi.
Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi
yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.
Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi
donor sesuai indikasi.
Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan
krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan
selesai.
Lakukan program kolaborasi :
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis.
|
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan.
Temuan-temuan ini menandakan keruskana sirkualsi distal.
Dokter dapat mengkaji tekanan jaringan untuk emnentukan kebutuhan terhadap
intervensi bedah. Eskarotomi (mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin
diperlukan untuk memperbaiki sirkulasi adekuat.
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman
kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera graft.
Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko
infeksi/kegagalan kulit.
Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine
peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas
secara spontan kulit repitelisasi.
Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft.
Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus
pandang tak reaktif.
Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan
perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan.
Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain
untuk penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap
ditanam.
|
DAFTAR PUSTAKA
1. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
2. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah
Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3. Donna D. Ignatavicius
(1991), Medical Surgical Nursing: A
Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
4. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
5. Hudak & Gallo (1997),
Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik
Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
6. Instalasi Rawat Inap Bedah
RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2001), Pendidikan
Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara
Paripurna, Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
7. Marylin E. Doenges (2000),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta.
8. R. Sjamsuhidajat, Wim De
Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
9.
Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi
4 Buku 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.SLF .
DENGAN COMBUSTIO GR. II A-B 45 % DGN
CEDERA INHALASI POST BULECTOMY
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR.
SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 11 – 13 MARET 2002
PENGKAJIAN
A.
PRA OPERASI
Pengkajian
dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2002
pada pukul 09.00 WIB.
1. Identitas
Nama :
Ny.SLF Tgl MRS :
2 - 3 - 2002
Umur : 40 tahun Register : 10138088
Jenis kelamin : Perempuan Diagnose : Combustio gr II A-B 45%
dengan
Suku Bangsa : Jawa cedera inhalasi
post bulectomy.
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : swasta
Pendidikan : SMA.
Alamat :.
Keluhan utama : Luka bakar kena ledakan kompor pada wajah, badan, punggung dan
kedua tangan.
sebelumnya :
Pada
tanggal 2 Maret 2002 pukul 04.00, klien mengalami ledakan kompor minyak tanah
di rumah. Ledakan mengenai wajah, leher, badan, punggung dan kedua tangan. Pasien
merasakan nyeri serta panas pada sekujur area yang terbakar. Keluarga langsung
membawa pasien ke RS swasta di Jl. Diponegoro untuk mendapat penanganan lebih
lanjut, kemudian setelah menadpat pemeriksaan, pasien disarankan untuk dirujuk
ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya untuk mendapat pengobatan dan perawatan yang lebih
maksimal.
Pada
hari itu juga pasien dilakukan bulectomy untuk mengangkat bula pada luka bakar,
dilakukan pemasangan infus (terapi baxter), CVP, kateter urine, pencucian luka
di IRD. Kemudian pasien dirawat di unit luka bakar di GBPT, hingga pada tanggal
7 Maret pasien dipindahkan ke Ruang Bedah G untuk mendapat perawatan lanjutan.
II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya:
Dm dan riwayat HT disangkal, luka bakar sebelumnya (-), epilepsi (-).
2.2 Riwayat penyakit sekarang : Pada
saat pengkajian tanggal 11 Maret 2002 pukul 09.00 WIB, pasien dalam keadaan
sadar baik (CM) GCS E4V5M6, keluhan nyeri dan panas pada luka bakar, suara
serak, sulit menelan (-), pasien mengeluh haus.
Total
luas luka bakar:
K/L :
gr II A-B : 6%
Th
ant : gr II A-B : 16%
Post :
gr II A-B : 10%
Ext
sup S : gr II A-B : 8%
D :
gr II A-B : 5%
Total :
45%
2.3 Riwayat
kesehatan keluarga :
(-) .
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan :
Menurut pasien keadaan lingkungan rumah cukup bersih, karena kebiasaan warga
sekitar membersihkan lingkungan rumah masing-masing setiap minggu secara
teratur.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya : taa
2.6 Alat bantu yang dipakai
Gigi palsu : --
Kaca mata : taa
Pendengaran :taa
Lain-lain :taa
III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum : sadar CM.
2. Tanda vital :S:
36,8 0C, N: 92 x/mnt, TD: 100/70 mmHg, RR: 16 x/mnt, BB: 50 kg, TB:
157 cm.
3.
Body System
3.1 Pernafasan
Hidung :
taa, bulu hidung terbakar.
Trachea : taa
Dada :
- Bentuk :
simetris, terdapat luka bakar gr II A-B 16%, punggung terdapat luka bakar gr II
A – B 10%, bula (-), luka sudah agak mengering, warna putih pucat merah muda.
- Gerakan :
simetris, nyeri dada (-), retraksi (-).
Suara nafas dan lokasi :
vesikuler +/+, massa (-), rh -/-, wh -/-
Jenis nafas :
hidung
Batuk : --
Sputum : taa
Cyanosis : taa
Frekwensi nafas : 16
x/mnt.
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada :
taa
Pusing :
taa.
Kram kaki : --.
Sakit kepala : --
Palpitasi :
--
Clubing finger :--
Suara jantung : S1
S2 tunggal.
Edema :
taa
Kapilari refill :
2 dtk.
Lainnya :
--
3.3 Persarafan
Kesadaran :
CM
GCS :
E4V5M6
Kepala dan wajah :
terdapat luka bakar gr II A-B 6%.
Mata :
Konjungtiva merah muda, sklera puith bersih, pupil isokor, reflek pupil baik,
bulu mata hangus, bulu alis hangus, luka
sudah agak mengering, warna merah muda pucat, bula (-).
Mulut :
Bibir mengalami luka bakar, sudah agak kering, mukosa bibir (+).
Leher :
DVJ (-), pembesaran kelenjar limfe (-).
Reflek fisiologis :
dbn
Reflek patologis :
taa
Pendengaran :
dbn
Penciuman :
dbn
Pengecapan :
Klien mengatakan tidak mengalmai penurunan rasa sensasi pengecapan.
Penglihatan :
dbn
Perabaan :
Pasien mengatakan pada area luka bakar nyeri bila disentuh (terutama saat merawat luka dan mandi), rasa
kesemutan (-), refleks saraf III, IV, V, VI, VII, tidak ada kelainan.
Lainnya :
--
3.4 Perkemihan –Eliminasi Urine
Produksi urine : 600-800 cc per 24 jam.
Warna urine :
kuning jernih
Gangguan saat kencing : taa.
.
Lainnya :
--
3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi
Mulut : bersih,
gigi molar 1 kanan (-), mukosa bibir agak kering.
Tenggorokan : sakit menelan
(-).
Abdomen : distensi (-),
peristaltik usus baik.
Rectum : dbn
Bab : --
Obat pencahar : --
Lavement : --
Lain-lain : pasien
mengatakan Bab setiap 2 hari sekali, konsistensi
lembek warna coklat.
3.6 Tulang – Otot – Integumen
Kemampuan pergerakan sendi:
555 555
555 555
Extremitas :
- Atas : pergerakan
baik, kekuatan otot baik, terdapat luka bakar gr II A-B 5% pada tangan kanan,
8% pada tnagn kiri, luka masih basah, warna merah kehitaman, bula (-).
- Bawah : pergerakan
baik, kekuatan otot baik.
- Tulang belakang :dbn
Kulit:
- Warna kulit :sawo matang.
- Akral :hangat, oedem (--)
- Turgor : baik
3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : --
Karakteristik seks sekunder: dbn
Riwayat pertumbuhan dan perkembnagan fisik: taa
3.8 Sistem Hematopoietik
Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu: --
Type darah: O
3.9 Reproduksi
. Perempuan : perkembangan organ seks sekunder normal, menopause belum,
anak terkecil umur 5 bulan dari pernikahan kedua, menikah umur 20 tahun,
menarche umur 15 tahun, nyeri haid (-), darah haid normal, siklus haid kadang
maju kadang mundur lebih kurang 2-3 hari.
4.0 Psikososial
Konsep diri: --
Citra diri:
-
Tanggapan tentang tubuh: taa
-
Bagian tubuh yang disukai:
taa
-
Bagian tubuh yang tidak
disukai: taa
-
Persepsi thd kehilangan
bagian tubuh: pasien bertanya kemungkinan cacat pada wajah bekas luka bakar dan
kemungkinan penyembuhannya.
-
Lainnya, sebutkan: (-).
Identitas:
-
Status klien dalam keluarga:
istri, ibu rumah tangga
-
Kepuasan klien thd status
dan posisi dlm keluarga: puas
-
Kepuasan klien thd jenis
kelamin: puas
-
Lainnya, sebutkan: taa
Peran:
-
tanggapan klien thd
perannya: cukup puas.
-
Kemampuan/kesanggupan klien
melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan peran.
-
Kepuasan klien melaksanakan
perannya: puas.
Ideal diri/harapan:
-
harapan klien thd:
=
Tubuh: supaya cepat sembuh.
=
Posisi (dlm pekerjaan): taa
=
Status dlm keluarga: taa
= Tugas/pekerjaan:taa.
-
Harapan klien thd
lingkungan: taa
-
Harapan klien thd penyakit
yg diderita: penyakitnya dapat segera disembuhkan dan kondisi fisiknya dapat
kembali seperti sedia kala.
Harga diri:
-
Tanggapan klien thd harga
dirinya: pasien merasa malu dengan keadaan wajah dan tubuhnya bekas luka bakar
dan pasien harus memakai balutan pada wajah dan badan sehingga tampak seperti
mummy.
-
Lainnya, sebutkan: taa
Sosial/interaksi:
-
Hubungan dengan klien:
tante.
-
Dukungan keluarga: baik
-
Dukungan
kelompok/teman/masyarakat: baik
-
Reaksi saat interaksi:
kooperatif, komunikasi lancar dan jelas, suaraagak serak semenjak kejadian luka
bakar.
-
Konflik yang terjadi
terhadap: taa
3.11 Spiritual:
-
Konsep tentang penguasa
kehidupan: Tuhan.
-
Sumber kekuatan/harapan saat
sakit: Tuhan, tenaga dokter dan perawat serta dukungan keluarga.
-
Ritual agama yg berarti/diharapkan
saat ini: dapat melaksanakan ibadah dengan baik.
-
Sarana/peralatan/orang yg
diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat ini: taa
-
Upaya kesehatan yang
bertentangan dgn keyakinan agama: taa
-
Keyakinan/kepercayaan bahwa
Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: sangat yakin Tuhan
akan membantu kesembuhan.
-
Keyakinan/kepercayaan bahwa
penyakit dapat disembuhkan: sangat yakin.
-
Persepsi thd penyebab
penyakit: luka bakar karena ledakan kompor.
Pemeriksaan penunjang:
Tanggal
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
normal
|
2- 03-2002
|
Darah lengkap
Elektrolit
AGD
GDA
|
Hb: 17,5 g/dl
Leuko: 16,2 x
1000/UL
PLT: 486x 10
e9/L
PCV: 0,52%
BUN: 13 mg/dl
SC: 0,76 mg/dl
SGOT: 60 U/L
K serum: 3,71
meq/L
Na serum: 130
meq/L
GDA: 143 mg/dl
PH: 7,373
PCO2: 31,9
PO2: 91,4
HCO3: 18,1
BE: - 7,1, O2 saturasi 96,92.
|
11,4-15,1
4,3-11,3
150–350x10.e9/L
0,38 – 0,42%
10-20 mg/dl
< 1,2 mg/dl
< 38 U/L
3,8-5,5 meq/L
136-144 meq/L
< 200 mg/dl
7,35-7,45
35-45
80-104
21-25
13,3+1,2
|
2-3-2002
|
Foto thoraks
|
Cor: bentuk dan
besar normal.
Pulmo: tidak ada
kelainan, kedua sinus phrenicocostalis tajam.
Kesimpulan: cor
dan pulmo dalam batas normal.
|
Normal
|
2-3-2002
|
Darah lengkap
|
Hb: 18,8 g/dl
Leuko: 12,8 x
1000/UL
Trombo: 295x109/L
PCV: 0,55 %
|
11,4-15,1 g/dl
4,3-11,3x1000/UL
150-350x10.e9/L.
0,38-0,42%
|
3-3-2002
|
GDA
Elektrolit
Albumin
|
GDA: 111 gr/dl
K: 4,4 meq/L
Na: 138 meq/L
Cl: 109 meq/L
Albumin: 2,11 gr/dl
|
< 200 gr/dl
3,8-5,5 meq/L
136-144 meq/L
97-113 mmol/L
3,8-4,4 gr/dl
|
4-3-2002
|
Darah lengkap
Elektrolit
RFT
LFT
Albumin
GDA
|
Hb: 16,5 g/dl
Leuko: 7,5 x
1000/UL
Ery: 4,94 g/dl
HCT: 48,9 %
PLT: 242 x 10
e9/L
MCV: 99,0 fl
MCH: 33,4 Pg
MCHC: 33,7 g/dl
Diff:
eos/baso/stab/seg/lym/mono
2/-/3/75/20/-
BUN: 15 mg/dl
SC: 0,6 mg/dl
K: 5,0 meq/L
Na: 132 meq/L
GDA: 116 gr/dl
SGOT: 59 U/L
SGPT: 39 U/L
Albumin: 3,2
gr/dl
|
11,4-15,1
4,3-11,3
38 – 42 %
150–350x10.e9/L
80-93 fl
27-31 Pg
32-36 g/dl
1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
10-20 mg/dl
< 1,2 mg/dl
3,8-5,0 meq/L
136-144 meq/L
< 200 gr/dl
< 38 U/L
< 41 U/L
3,8-4,4 gr/dl
|
6-03-2002
|
Darah lengkap
Elektrolit
RFT
LFT
Albumin
GDA
|
Hb: 12,0 g/dl
Leuko: 11,3 x
1000/UL
LED: 70 mm/jam
Ery: 3,59 gr/dl
HCT: 35,8 %
PLT: 146 x 10
e9/L
MCV: 99,7 fl
MCH: 33,4 Pg
MCHC: 33,5 g/dl
Diff:
eos/baso/stab/seg/lym/mono
-/-/-/92/8/-
BUN: 10 mg/dl
SC: 0,7 mg/dl
SGOT: 47 U/L
SGPT: 38 U/L
K serum: 3,8
meq/L
Na serum: 134
meq/L
Cl serum: 104
mmol/L
Albumin: 3,3
gr/dl
|
11,4-15,1
4,3-11,3
< 20
38 – 42 %
150–350x10.e9/L
80-93 fl
27-31 Pg
32-36 g/dl
1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
10-20 mg/dl
< 1,2 mg/dl
< 38 U/L
< 41 U/L
3,8-5,5 meq/L
136-144 meq/L
97-113 mmol/L
3,8-4,4 gr/dl
|
Terapi:
Tanggal 11 Maret 2002, diet TKTP ekstra susu,
Tarivid 2x400 mg, Mef Acid 3x500 mg, Sucralfat 3xCI, rawat luka tertutup dengan
SSD 1% dan Gentamycin zalf 1% untuk wajah.
ANALISA
DATA:
DATA
|
ETIOLOGI
|
PATOFISIOLOGI
|
MASALAH
|
S:
Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O:
Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis
kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
|
Cedera
luka bakar.
|
Luka bakar
Terpajan sampai
lapisan dermis
Rangsang saraf
nosiseptor terputus
Rangsang nyeri ke
pusat saraf otak
Dimanifestasikan
sebagai nyeri
|
Nyeri.
|
S:
Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O:
Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna
merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl.
|
Kehilangan
integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
|
Luka bakar luas
Terpajan sampai
lapisan dermis
Folikel rambut dan
lapisan epidermis terkena
Epitel pelindung
tidak ada
Port
de entry kuman infeksi
|
Resiko
infeksi.
|
S:
Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya
apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O:
Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan
leher 6%, bulu mata, alis, bulu hidung
hangus.
|
Cedera
luka bakar luas pada daerah wajah.
|
Luka bakar luas
Terpajan sampai
lapisan dermis
Ketidakmampuan
pasien beradaptasi dengan kondisi baru
Perubahan harga
diri
Murung,
cemas, depresi.
|
Perubahan
harga diri.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN:
- Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data
penunjang:
S:
Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O:
Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis
kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
- Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data
penunjang:
S:
Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O:
Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna
merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl.
- Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar luas pada daerah wajah.
Data
penunjang:
S:
Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya
apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O:
Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan leher 6%, bulu mata, alis, bulu hidung hangus.
RENCANA
TINDAKAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI:
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Intervensi
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S:
Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O:
Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis
kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
3 hari, pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri,
melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks, pasien
dapat istirahat tidur dengan nyaman.
|
Kaji skala nyeri.
Observasi vital sign.
Pertahankan pintu kamar tertutup,
tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan
kehangatan.
Beriakn ayunan di atas temapt tidur bila
diperlukan.
Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam
bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila
pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.
Berikan anlgesik (mef acid 3x 500 mg) yang
diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka.
Evaluasi keefektifannya.
|
Memantau tingkat nyeri pasien sehingga
dapat diberikan intervensi lebih lanjut.
Memantau keberhasilan serta adanya
penyimpangan atau kemajuan dari perawatan yang diberikan.
Panas dan air hilang melalui jaringan luka
bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat
kehilangan panas.
Menuurnkan neyri dengan mempertahankan
berat badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan
pemajanan ujung saraf pada aliran udara.
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu
meinimalkan ketidaknyamanan.
Analgesik diperlukan utnuk memblok jaras
nyeri dengan nyeri berat.
|
Tgl 11-3-2002
08.00 Inj Novalgin 1 amp.
08.30 Mengkaji skala nyeri.
10.30 Memberi selimut ekstra.
13.00 membantu posisi duduk.
Tgl 12-3-2002
08.00
Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.
09.00
Memberi bahan bacaan pada pasien.
10.30
Memberi posisi semi fowler.
13.00
Memberiakn hiburan radio pada pasien.
13.30
Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.
Tgl 13-3-2002
08.00
Memberi obat oral Mef Acdi 500 mg.
09.00
Membantu pasien ke kamar mandi.
11.00
Mengukur vital sign.
13.30
Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.
14.00
Mengkaji skala nyeri.
|
Alergi (-)
Skala nyeri 7-8, pasien meringis dan
menolak dilakukan nekrotomy pada luka di area punggung dengan alasan sangat
nyeri.
Pasien merasa hangat.
Pasien merasa nyaman.
Obat sudah diminum.
Pasien terlihat senang.
Pasien merasa nyaman.
Pasien ikut bernyanyi mengikuti lagu.
Obat sudah diminum.
Obat sudah diminum, mual (-).
Pusing (-), pasien berjalan tanpa
ragu-ragu.
S: 36,30C, N: 80 x/mnt; TD:
110/70 mmHg.
Obat sudah diminum.
Skala nyeri 5-6, pasien tenang, meringis
(-), gelisah (-).
|
Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas
kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S:
Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O:
Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna
merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl.
|
Setelah diberikan asuhan keperatan selama 3
hari, pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam,
pembentukan jaringan granulasi baik.
|
Pantau:
- Penampilan
luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi
tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
- Suhu
setiap 4 jam.
- Jumlah
makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
Bersihakn area luka bakar setiap 4 hari dan
lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam
sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor,
yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site.
Lepaskan krim lama dari luka sebelum
pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim
antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari.
Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.
Beritahu dokter bila demam drainase purulen
atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur.
Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.
Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan
lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh.
Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan
skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan
perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan pasien
untuk menghilangkan kebosanan.
Bial riwayat imunisasi tak adekuat, berikan
globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan.
Muali rujukan pada ahli diet, beriakn
protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure
atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%.
Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral.
|
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan
atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan.
Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik
meningkatkan pembentukan granulasi.
Antimikroba topikal membantu mencegah
infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang
gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri.
Temuan-temuan ini mennadakan infeksi.
Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika
yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap
5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk
pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan
perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai
rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.
Melindungi terhadap tetanus.
Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang
dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet
untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu
penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.
|
Tgl
11-3-2002
08.30
Memandikan pasien, merawat luka, melakukan nekrotomy, mencuci rambut pasien.
09.30
Merawat luka pasien dengan SSD dan bethadine dan Gentamycin zalf untuk luka
pada wajah, menuutp luka denga gas steril.
11.00
memantau vital sign.
13.00
Membantu pasien makan.
13.30.
Memberi penjelasan pada pasien dan penunggu tentang:
-
pentingnya pasien menghabiskna makan yang diberikan.
-
Pentingnya minum banyak 2-3 liter perhari.
-
Pentingnya pasien makan protein tinggi (puith telur, daging, tahu, tempe,
ikan, hati) dan buah-buahan yang mengandung vit A,C dan E.
Tgl
12-3-2002
08.00
Membantu pasien makan pagi.
08.30
Memberi obat oral: Tarivid 400 mg dan Zegavit 1 tab.
09.00
Membersihkan tt dan menggnati linen penderita.
09.30
Merawat luka pada wajah denagn zalf gentamycin.
Memberi kompres PZ pada luka wajah.
10.00
Memberi ekstra susu.
13.00
memantau makan siang pasien.
13.30
Memberi kompres PZ.
Tgl
13-3-2002
08.00
Membantu pasien makan pagi
08.30
Memberi obat oral: Traivid 400 mg, Zegavit 1 tab, Mef Acid 500 mg.
09.00
Merawat luka wajah dengan Genatamycin zalf 1%.
Memberi kompres PZ pada wajah.
10.30
Memberi ekstra susu.
11.00
Memantau vital sign.
12.00
Memberi posisi duduk.
13.00
Membantu makan siang.
13.30
Memebri obat oral: Mef Acid.
|
Luka pada ext atas masih basah.
Serum pada luka wajah mengerak dan sulit
dibersihkan.
Luka pada bagian tubuh yang lain, bersih
(+), bula(-).
TD: 100/60 mmHg, N: 92 x/mnt; S: 370C.
Pasien makan ½ porsi, minum 400 cc.
Pasien dan keluarga mengatakan mengerti
dengan penjelasan yang idberikan dan berjanji akan mentaati petunjuk yang
diberikan.
Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.
Linen bersih, tt rapi.
Luka terdapat serum yang mengerak, sulit
dibersihkan.
Kompres PZ sudah dipasang.
Susu 200 cc diminum habis.
Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Pasien mengatakan nyaman.
Pasien makan ½ porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.
Serum yang mnegerak pada bagian pipi sudah
terkelupas, luka kering dan bersih.
Susu 200 cc sudah diminum.
TD: 100/70 mmHg, N: 100 x/mnt; S: 37,40C.
Pasien merasa nyaman.
Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.
|
Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar
luas pada daerah wajah.
Data penunjang:
S:
Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya
apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O:
Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan
leher 6%, bulu mata, alis, bulu hidung
hangus.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
3 hari, pasien menunjukkan perubahan harga diri yang adaptif.
Kriteria hasil:
Pasien tidak murung lagi, mau
bercakap-cakap dengan petugas dan pasien lain, kooperatif dalam pengobatan
dan perawatan yang diberikan, pasien dapat menerima adaptasi situasi baru terhadap
perubahan pada wajahnya.
|
Sediakan waktu untuk pasien dan orang
terdekat untuk mengekspresikan perasaannya. Beriakn informasi pada pasien
tentang regimen pengobatan dan perawatan yang dilakukan.
Hindari pemberian informasi bertubi-tubi
pada pasien selama fase awal proses berduka. Jawab pertanyaan dengan jelas.
Masukkan informasi dan instruksi tambahan jika pasien menunjukkan kesiapan
mempelajari tindakan perawatan diri.
Bila pasien menyangkal, terima tanpa
menguatkan penyangkalan. Hindari berdebat dnegan pasien dan membebani pasien
dnegan realita.
Beriakn penghargaan untuk emngekspresikan
perasaan. Arahkan pasien pada kelompok pendukung sesuai indikasi bila ada.
Pertahankan keluarga mendapat informasi
tentang kemajuan pasien. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
Anjurkan latihan rentang gerak sendi aktif
setiap 2 jam. Posisikan bagian yang luka bakar pada kesejajaran tubuh
fungsional. Denagn cedera luka bakar luas pada ekstremitas, rujuk pada
terapis fisik untuk evaluasi terhadap kebutuhan dengan splint, alat atau
traksi yang dibutuhkan.
Anjurkan pasien untuk melakukan AKS. Bnatu
sesuai kebutuhan.
|
Mengekspresikan perasaan membantu
memudahkan koping. Pengetahuan akurat tentang hasil yang diharapkan membantu
memudahkan transisi melalui proses berduka.
Interaksi terapi dapat membantu perubahan
individu untuk menerima. Informasi yang berlebihan dapat menambah ansietas
yang menyebabkan frustasi dan depresi.
Pendekatan ini menunjukkan penerimaan
pasien dan membuka pintu untuk pasien merasakan nyaman dalam ekspresi
perasaan jujur.
Dukungan kontinu penting untuk meningkatkan
kemajuan ke arah penerimaan.
Membantu pasien menyatukan kembali harga
diri yang baru.
Mencegah pengencangan jarinagn parut
progresif dan kontraktur. Terapis fisik adalah spaesialis rehabilitatif yang
dapat mengevaluasi potensial pemulihan pasien dan merencanakan program
latihan untuk memaksimalkan pemulihan pasien. Latihan aktif membantu
mempertahankan fleksibilitas sendi dan tonus otot dan meningkatkan sirkulasi.
Melakukan AKS memberikan latihan aktif,
memudahkan pemeliharaan fleksibilitas sendi dan tonus otot, juga meningkatkan
sirkulasi sehingga terjadi penyembuhan luka.
|
Tgl
11-3-2002
08.00
Menemani pasien makan pagi.
10.00
Memberikan hiburan radio pada pasien.
11.00
Menemani pasien bercakap-cakap tenatng perasaanya setelah kejadian luka
bakar.
12.00
menganjurakn apsien untuk aktif latihan ROM.
Melatih pasien latihan ROM secraa
sederhana.
Tgl
12-3-2002
09.00
Melatih pasien ROM.
10.00
melibatkan keluarga dalam memberiakn kompres PZ pada luka wajah pasien.
Menerangkan pada keluarga perlunya
memberikan kesempatan pada pasien utnuk melakukan AKS seperti makan, minum,
ke kamar mandi secara mandiri.
Tgl
13-3-2002
08.00
menemani pasien makan.
09.00
Mengajarkan keluarga melatih pasien ROM.
11.30
Menjelaskan pada keluarga pentingnya dukungan keluarga terutama suami dalam
meningkatkan harga diri pasien sehingga pasien dapat lebih nyaman dan tenang.
|
Pasien tampak senang karena ditemani makan.
Pasien ikut bernyanyi dengan gembira.
Pasien mengatakan senang bila ditemani oleh
perawat bercakap-cakap dan mengemukakan keinginannya untuk dapat sembuh
seperti sedia kala tanpa cacat pada wajah.
Pasien mengatakan mau berlatih secara
kontinu.
Pasien mau mengikuti contoh gerakan yang
diajarkan oleh perawat.
Pasien aktif berlatih sesuai petunjuk yang
diberikan.
Keluarga mau mengikuti petunjuk yang
diberikan.
Pasien makan sambil mengobrol tentang
anak-anaknya.
Keluarga mengatakan paham dnegan petunjuk
yang diberikan perawat.
Suami pasien mengatakan akan berusaha
sesering mungkin meluangkan waktu untuk menunggui pasien di RS.
|
CATATAN
PERKEMBANGAN:
Tanggal / jam
|
Diagnosa Keperawatan
|
Evaluasi
|
13-3-2002
12.00
WIB
|
Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S:
Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O:
Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis
kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
|
S:
Pasien mengatakan rasa nyeri dan perih pada luka bakar terutama pada daerah
wajah sudah jauh berkurang, nyeri masih dirasakan pada daerah lengan kanan
atas. Pasien mengatakan malam hari dapat istirahat dnegan nyenyak.
O:
Skala nyeri 5-6, pasien tidak meringis kesakitan lagi saat diobati, luka pada
wajah sudah mengering, luka pada ext atas maish basah N: 100 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi.
P: lanjutkan planning seluruhnya. |
13-3-2002
12.00
WIB
|
Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas
kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S:
Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O:
Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna
merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl.
|
S:
Pasien mengatakan rasa nyeri dan apans pada luka sudah agak berkurang.
O: Area luka bakar pada wajah sudah kering, luka bakar masih basah pada area ext atas kanan, pasien rencaa dialkukan pemeriksaan ulang: DL, RFT, LFT, FH, SE, albumni pada tanggal 14-3-2002. A: Masalah tidak terjadi. P: Lanjutkan planning sampai luka bakar kering. |
13-3-2002
12.00
WIB
|
Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar
luas pada daerah wajah.
Data penunjang:
S:
Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya
apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O:
Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan
leher 6%, bulu mata, alis, bulu hidung
hangus.
|
S:
Pasien mengatakan sudah pasrah dnegan keadaan luka pada wajah dan tubuhnya,
pasien berjanji akan mentaati semua petunjuk yang diberikan demi kesembuhan
lukanya.
O:
Luka bakar pada area wajah sudah kering, luka bersih, pasien mau diajak
bercakap-cakap, pasien tidak menujukkan gejala murung, menarik diri, pasien
kooperatif terhadap semua perawatn yang dilakukan, pasien mau melakuakn AKS (mandi,
makan, minum, ke kamar mandi) secara mandiri.
A:
Masalah tidak terjadi.
P:
Pertahankan keberhasilan yang dicapai.
|
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.SLF.
DENGAN
COMBUSTIO GR II A-B 45 %
DENGAN CEDERA
INHALASI POST BULECTOMY
DI RUANG BEDAH G,
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 11 – 13 MARET
2002
( Disusun Sebagai Bahan Laporan Kasus Praktek
Keperawatan Profesi
di Ruang Bedah G, RSUD Dr. Soetomo Surabaya)
Oleh:
SUBHAN
NIM 010030170 B
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus Dengan
judul:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. SLF.
DENGAN
COMBUSTIO GR II A-B 45 %
DENGAN CEDERA INHALASI POST BULECTOMY
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 11 – 13 MARET 2002
Disahkan Sebagai Bahan Laporan
Kasus
Di Ruang Bedah G,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 14
Maret 2002
Pembimbing Akademik, Pembimbing
Ruangan,
T J u T j u k, S.KP I Made
Saderu, A. Md. Kep
No comments:
Post a Comment