Tuesday, January 15, 2013

PRE-EKLAMSIA BERAT (PEB)


PRE EKLAMSIA BERAT
1.  TINJAUAN TEORI
a.      Pengertian
      Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
b.      Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama    perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
1)   Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah  pengobatan medisinal.
2)   Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
c.       Perawatan Aktif
       Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).(3,4,5)
1)  Indikasi (salah satu atau lebih)
     a. Ibu
         -     Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
          -    Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan
Terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b. Janin
    -   Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
    -   Adanya tanda IUGR
c. Laboratorium
    -    Adanya "HELLP syndrome" (hemolisis dan peningkatan fungsi
         Hepar trombositopenia).


d.      Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
    refleks patella setiap jam.
3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
    cc/jam) 500 cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,      
payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid  injeksi 40 mg/im.
8. Antihipertensi diberikan bila :
    a.  Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg /
MAP  lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
 b.   Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
 c.   Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan   obat- obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
 d.   Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997)
9. Kardiotonika
    Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.

10. Lain-lain :
      - Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
      - Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat –
celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM.Antibiotik diberikan atas indikasi.(4) Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.
   - Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus.Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
e.  Pemberian Magnesium Sulfat
Cara pemberian magnesium sulfat :
1.   Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit  kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera di bokong kiri 4 gr dan 4 gr di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum No 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2.   Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana Pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3.   Syarat-syarat pemberian MgSO4
   - Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10%  dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
   - Refleks patella positif kuat
- Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
      - Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).
4.   MgSO4 dihentikan bila
a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan
karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi  kematian jantung.(3,7)
b.  Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat
- Hentikan pemberian magnesium sulfat    
      - Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit.
      - Berikan oksigen.
      - Lakukan pernapasan buatan.
c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).

f. Pengobatan Obstetrik
   Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu
1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau      lebih dan dengan fetal heart monitoring.
2. Seksio sesaria bila :
     - Fetal assesment jelek
     - Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau
 adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
    - 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada
             primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio
sesaria
Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu
Kala I
1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
2. Fase aktif :
 - Amniotomi saja
 - Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka
 dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).

Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
g. Perawatan Konservatif
 1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
 2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada   pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
 3. Pengobatan obstetri :
     a.  Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
          perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
    b.  MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia
       ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
   c.   Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan   medisinal gagal dan harus diterminasi.
d.  Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih    dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
 4. Penderita dipulangkan bila :
     a.  Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan
    dan telah dirawat selama 3 hari.
     b.  Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :
          penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan
         (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

No comments:

Post a Comment