KONSEP NIFAS, EKLAMSI, FORCEPS
KONSEP NIFAS
Pengertian
1.
Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Abdul Bari,2000:122).
2.
Masa nifas merupakan
masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
3.
Masa nifas
adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (
Ibrahim C, 1998: ).
Tujuan
Perawatan Masa Nifas
Dalam masa nifas ini
penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal
di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari
perawatan masa nifas adalah:
1.
Menjaga
kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2.
Melaksanakan
skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3.
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
4.
Untuk
mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul,2000:121)
2.2.1.3 Perubahan Masa Nifas
Selama menjalani masa
nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi perubahan
fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan fisik
Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan
seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot
uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi,
dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi
lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan
retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit
pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi
menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan
otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih
kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir
uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
1.
Tabel 2.1
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Diameter Bekas Melekat Plasenta
|
Keadaan Cervix
|
Setealh pladsenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Sepusat
Pertengahan pusat symphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Normal
|
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
|
12,5
7,5 cm
5 cm
2,5 cm
|
Lembik
Dapat dilalui 2 jari
Dapat dimasuki 1 jari
|
Sumber: Rustam muchtar, 1998
Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan
parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru
dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga
sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121 )
Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak
maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak
kembali.
Rasa sakit yang disebut after
pains ( meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
(1)
Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan
jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri
dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan
keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga
sampai hari ketujuh.
Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat
belas.
Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.( Manuaba, 1998:
193)
Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan
pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah
untuk mengakomodasi penambahan
aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan
dari estrogen mengakibatkan diuresis
yang menyebabkan volume plasma menurun
secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan
penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)
Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah
dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi
pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
Sistim Hormonal
Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen, progesteron dan hormon
laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada ibu nifas.
Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu.
Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di
ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada
hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi
kelenjar hipofise anterior untuk
bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,
kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran
air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini
menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah
cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8
%, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya
air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi
ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan
Tanda-tanda Vital
Parameter
|
Penemuan normal
|
Penemuan abnormal
|
Tanda-tanda vital
|
Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, mungkin bisa naik dari tingkat disaat
persalinan 1 – 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
|
Tekanan darah > 140 / 90 mmHg
Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit
|
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam
3 tahap yaitu:
Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama
antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon
yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan
bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan
perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995:
)
Sedangkan stres emosional pada ibu
nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu
makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum
blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)
2.2.1.4
Perawatan Masa Nifas
Setelah
melahirkan, ibu membutuhkan perawatan
yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah
proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena
lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk,
hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan
pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran
peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan
ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu
dilakukan antara lain adalah kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik
: tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri :
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara :
puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia
sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah
baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi. ( Manuaba, 1998: 193)
5. Nasehat Yang Perlu diberikan
saat pulang adalah:
Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu
cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia
tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya
dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun
setiap buang air besar.
Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang
air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia
berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau
setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi
betadin.Untuk cara merawat luka dapat dilihat pada lampiran 1
Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan
sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat
membantu proses involusi serta colostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.Cara
perawatan payudara ada pada lampiran no.2
( Mac. Donald, 1991: 430)
Kembalinya Datang Bulan atau
Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi
setelah 4-6 bulan.
Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan.
Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan
baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari
Abdul,2000:129)
2.2.2
KONSEP EKLAMSI
2.2.2.1. Batasan
1.
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau
masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri) .
(Wirjoatmodjo, 1994: 49).
2.
Eklamsi merupakan kasus akut, pada penderita dengan gambaran klinik pre eklamsi
yang disertai dengan kejang dan koma yang timbul pada ante, intra dan post
partum. (Angsar MD, 1995: 41)
2.2.2.2
Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas.
Penyakit ini dianggap sebagai suatu “ Maldaptation Syndrom” dengan akibat suatu
vaso spasme general dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal,
otak, paru-paru dan jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada
organ-organ tersebut. (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 49)
2.2.2.3 Pembagian Eklamsi
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat
dibagi menjadi:
1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat
inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama
saat mulai inpartu.
3. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah
persalinan berakhir. ( Manuaba,
1998: 245)
2.2.2.4. Gejala Klinis Eklamsi
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu
atau lebih
2. Terdapat
tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang
berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
1.
Kejang-kejang
atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4
tingkat, meliputi:
Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka
tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar
kekanan dan kekiri.
Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah
dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah
berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti
dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan
penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
(Muchtar Rustam, 1998: 275)
2. Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi
organ.
(Wirjoatmodjo, 1994: 49)
2.2.2.5. Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda sebagai
berikut:
1. Berdasarkan gejala klinis diatas
2.
Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya
protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi
hematologi atau hemostasis
Konsultasi dengan displin lain
kalau dipandang perlu
1.
Kardiologi
2.
Optalmologi
3.
Anestesiologi
4.
Neonatologi dan lain-lain
(Wirjoatmodjo, 1994: 49)
2.2.2.6. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kehamilan yang disertai kejang-kejang adalah:
1.
Febrile convulsion ( panas +)
2.
Epilepsi ( anamnesa
epilepsi + )
3.
Tetanus ( kejang tonik
atau kaku kuduk)
4.
Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)
2.2.2.7.
Komplikasi Serangan
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi
serangan kejang adalah:
1.
Lidah tergigit
2.
Terjadi perlukaan dan fraktur
3.
Gangguan pernafasan
4. Perdarahan otak
5. Solutio plasenta dan merangsang
persalinan
( Muchtar Rustam, 1995:226)
2.2.2.8.
Bahaya Eklamsi
1.
Bahaya eklamsi pada ibu
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah
menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan
perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh
dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal:
oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan
menimbulkan ikterus.
2. Bahaya eklamsi pada janin
Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), kematian
janin dalam rahim.
( Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994:
43)
2.2.2.9 Prognosa
Eklamsi
adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu
maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk
rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden
adalah:
1.
Koma yang lama
2. Nadi diatas 120 per menit
3. Suhu diatas 39°C.
4. Tensi diatas 200 mmHg
5. Lebih dari sepuluh serangan
6. Priteinuria 10 gr sehari atau
lebih
7. Tidak adanya oedema. ( M Dikman A, 1995: 45)
2.2.2.10.
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang
kejang yang terjadi dan mencegah kejang ulang.
1. Konsep
pengobatan
Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi koma, meningkatkan jumlah
diuresis.
2.Obat untuk anti kejang
MgSO4
( Magnesium Sulfat)
Dosis awal: 4gr 20 % I.V.
pelen-pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada bokong
kanan dan kiri.
Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan
5 gr 50 % I.M. diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas
kejang.
Syarat : reflek patela harus positif, tidak ada
tanda-tanda depresi pernafasan ( respirasi >16 kali /menit), produksi urine
tidak kurang dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.
Apabila ada kejang lagi, diberikan
Mg SO 4 20 %, 2gr
I.V. pelan-pelan. Pemberian I.V. ulangan
ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi maka diberikan pentotal
5 mg / kg BB / I.V. pelan-pelan.
Bila ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum glukonas kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.
Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan
pengobatan dengan MgSO 4 .
2.2.3 KONSEP EKSTRAKSI FORCEPS
2.2.3.1. Definisi
Ekstraksi
forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu
tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. (Hanifa
W,1991: 88)
Cunam
atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan
untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.(Phantom,______:178)
Ekstraksi
cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin ( kepala ) dengan alat
cunam. ( Bari Abdul, 2001: 501)
2.2.3.2. Tujuan
Menurut Rustam Mochtar 1998,
persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat
lahir spontan
2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau
dikanan depan atau sekali-kali UUK
melintang kiri dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah
symphisis pubis)
3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage
kepala
2.2.3.3. Jenis Tindakan Forceps
Berdasarkan
pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan
beberapa macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
1.
Forceps rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong
perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
2. Forceps tengah
Pada kedudukan kepala antara H II atau
H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk
membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps
berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat
diganti dengan ekstraksi vaccum.
3. Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau
H II, forceps tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.
( Manuaba,1998: 348)
2.2.3.4 Indikasi
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1. Indikasi ibu
Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah
setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir
artinya partus sudah berlangsung lama.
Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
Eklamsi yang mengancam
Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV, pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah
atau 2jam mengedan janin belum lahir
juga
Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal Ibu dengan decompensasi kordis , ibu dengan
Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial.
Partus tidak maju-maju
Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2. Indikasi janin
Gawat janin
Tanda-tanda gawat janin antara
lain :
Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur,
DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, adanya
mekonium (pada janin letak kepala)
Prolapsus funikulli, walaupun
keadaan anak masih baik
(Rustam Muchtar,1995: 84-85)
2.2.3.5 Syarat
Syarat-syarat untuk dapat melakukan ekstrasksi forceps
antara lain:
1. Pembukaan lengkap
2. Selaput ketuban telah pecah atau
dipecahkan
3. Presentasi kepala dan ukuran kepala
cukup cunam
4. Tidak ada kesempitan panggul
5. Anak hidup termasuk keadaan gawat
janin
6. Penurunan H III atau H III- H IV (
puskesmas H IV atau dasar panggul)
7. Kontraksi baik
8. Ibu tidak gelisah atau
kooperatif
( Bari
Abdul, 2001: 502)
2.2.3.6 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi
- Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak
bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
- Anencephalus
- Adanya disproporsi cepalo pelvik
- Kepala masih tinggi
- Pembukaan belum lengkap
- Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
- Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih
(Muchtar Rustam, 1995: 85)
2.2.3.7
Komplikasi
Komplikasi atau
penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1. Komplikasi langsung akibat
aplikasi forceps dibagi menjadi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta
serta trauma jalan lahir yang meliputi
ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan
vagina, hematoma luas, robekan perineum.
Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat
sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran
bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri
serta saat melakukan pemeriksaan dalam
Komplikasi segera pada bayi
Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi rangsangan pernafasan menyebabkan
aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan
perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula
oblongata atau trauma langsung jaringan
otak.
Infeksi oleh karena infeksi pada
ibu menjalar ke bayi
Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura
tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada
mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher;
gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan
fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2. Komplikasi kemudian atau terlambat
Komplikasi pada ibu
Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest,
atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
Infeksi
Penyebaran infeksi
makin luas
Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko
vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
Trauma ekstraksi
forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
Infeksi yang berkembang menjadi
sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
Gangguan susunan saraf pusat
Trauma langsung pada saraf pusat
dapat menimbulkan gangguan intelektual.
Gangguan pendengaran
dan keseimbangan.
2.2.3.8 Perawatan Setelah Ekstraksi
Forceps
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya
memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi
trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh
karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian
infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi
rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi. (
Manuaba, 1998: 253)
2.3 KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN POST
FORCEPS EKSTRAKSI INDIKASI EKLAMSI
Pada klien post forceps ekstraksi indikasi eklamsi
perlu dilakukan perawatan kebidanan secara intensif dengan menggunakan
pendekatan menejemen kebidanan secara terpadu dan berkesinambungan.
Untuk itu pada kesempatan ini, menejemen kebidanan
yang kami terapkan berdasarkan teori Helen Varney yang menggunakan 7
langkah,meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah, diagnosa
potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2.3.1
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan
kebidanan yang terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data yang diperoleh
dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
2.3.1.1 Data subyektif
1.
Biodata,
mencakup identitas klien serta suami yang terdiri dari:
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan
sehari-hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya juga tanggal lahir klien, umur berguna
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
Alamat perlu dicatat untuk mempermudah hubungan
bila keadaan mendesak, misalnya ibu yang dirawat memerluan bantuan keluarga.
Dengan adanya alamat tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian
juga alamat dapat memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal
klien.
Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan dengan
permasalahan kesehatan klien dan juga pembiayaan.
Agama perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan
termasuk kesehatan. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya,
tingkat pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Status perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
2.
Keluhan utama
Keluhan yang mungkin dapat terjadi dan dirasakan
oleh ibu nifas post ekstraksi forceps adalah:
Ibu merasa mules-mules pada perut atau, ibu merasa sakit pada luka jahitan
perineum, adanya pengeluaran lochia rubra, merah, jumlah lebih banyak dari
keadaan fisiologis, ibu merasa pusing kepala, nyeri ulu hati dan penglihatan
kabur.
3.
Riwayat
Obstetri
Riwayat obstetri yang perlu dikaji adalah
Riwayat Haid
Riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan adalah menarche, siklus teratur
atau tidak, lamanya menstruasi, banyaknya darah yang keluar, menstruasi
terakhir, dismenorrhoe. Hal ini perlu ditanyakan terutama untuk mengetahui usia
kehamilan.
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Yang perlu ditanyakan pada klien yang pernah hamil adalah untuk menentukan
faktor risiko. Riwayat kehamilan yang lalu dengan pre eklamsi atau tidak. Pada
klien yang pernah melahirkan yaitu tempat melahirkan, cara melahirkan BB anak
saat lahir, PB anak saat lahir, usia saat ini, kelainan saat nifas dan riwayat
meneteki.
Riwayat kehamilan sekarang
Yang perlu ditanyakan adalah para, abortus, umur kehamilan, tempat
pemeriksaan kehamilan, frekwensi pemeriksaan kehamilan, kelainan yang dialami
waktu hamil, penggunaan obat dan jamu. Sewaktu usia kehamilan 20 minggu atau
lebih apakah mengalami kenaikan tekanan darah, bengkak pada wajah, tungkai,
tangan, pusing, nyeri ulu hati dan penglihatan kabur serta apakah ibu pernah
kejang selama hamil.
Riwayat keluarga berencana
Perlu dicatat bagi ibu yang pernah mengikuti
program keluarga berencana. Hal ini penting diketahui untuk mngetahui apakah
kehamilan yang sekarang memang direncanakan atau tidak. Jenis kontrasepsi yang
digunakan, lamanya menggunakan alat kontrasepsi dan rencana setelah melahirkan.
4. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan
yang perlu dikaji meliputi:
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang dialami
Data yang perlu dikaji meliputi apakah klien punya
penyakit menular, menahun serta menurun.
Perilaku kesehatan
Data yang dukaji meliputi tanggapan klien terhadap
minum-minuman keras, merokok, personal hygiene, obat-obatan yang sering
diminum.
Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan klien maupun
bayinya, antara lain penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, keturunan
kembar dan koch pulmonum.
5.
Keadaan
psikososial
Yang perlu dikaji dari pasien adalah bagaimana
sikap klien terhadap interaksi yang diadakan bidan, bagaimana rencana meneteki
bayinya, rencana perawatan bayi, dirawat sendiri atau dirawat oleh keluarga.
Juga perlui ditanyakan pengetahuan ibu tentang kesehatan setelah melahirkan
meliputi mobilisasi dini, perawatan payudara, kebersihan diri khususnya daerah
genitalia. Fungsi psikososial khususnya peran suami dalam mendukung kesembuhan
klien.
6. Riwayat adat kebiasaan
Yang perlu dikaji adalah adat kebiasaan keluarga
dalam pertolongan persalinan dan pasca persalinan, demikian juga adanya
kebiasaan lain yang ada hubungannya dengan kesehatan klien dan janinnya.
7. Pola pemenuhan kebutuhan
Nutrisi
Perlu ditanyakan pemenuhan nutrisi selama dirumah
sakit apakah klien menghabiskan porsi yang dikonsumsi, kalau tidak apakah klien
dibawakan makanan dari rumah.
Tanyakan juga kebiasaan makan dirumah selama hamil
biasanya berapa kali dalam satu hari,
berapa piring dalam satu kali makan, jenis makanan dan adakah makanan yang
berpantang selama hamil. Hal ini perlu ditanyakan karena kebiasaan makan
mempengaruhi proses pemulihan kesehatan klien.
Untuk klien dengan post eklamsi nutrisi yang
diperlukan adalah diit rendah
garam.Contoh diit rendah garam ada pada lampiran 2.
Aktifitas
Ditanyakan kemampuan aktifitas klien selama
dirumah sakit apakah mengalami hambatan atau tidak, karena pada ibu nifas post
eklamsi mobilisasi dini dapat mulai
dilakukan saat keadaan klien berangsur membaik kira- kira 12 – 24 jam post
partum.Mobilisasi dini dapat dimulai dengan tidur telentang, lalu miring kanan
kiri, serta belajar duduk pada hari ke dua, hari ke tiga belajar berjalan dan
hari ke empat atau kelima sudah boleh pulang.
Istirahat dan tidur
Selama dirumah sakit apakah klien dapat memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidurnya yaitu kira-kira 7 – 8 jam sehari. Berapa jam
klien tidur dalam sehari, bila tidak dapat tidur ditanyakan apakah sebabnya,
apakah menimbulkan gangguan atau tidak.
Kebersihan diri
Selama melahirkan apakah dapat melakukan atau
mandi sendiri di kamar mandi atau masih diseka. Tanyakan kapan ganti pembalut,
berapa kali dan jumlah perdarahan.
Eleminasi alvi dan uri
Apakah selama dirumah sakit klien sudah buang air
kecil, kalau belum mengapa. Karena pada klien dengan post operatif vaginam selama proses persalinan kandung
kemih mendapat tekanan sehingga dapat mengakibatkan gangguan eleminasi uri,
kalau sudah apakah disertai rasa nyeri atu tidak, dan buang air kecil sudah
harus terjadi secara spontan pada 8 jam post partum. Apakah sudah buang air
besar atau belum, karena pada post partum BAB sudah harus terjadi pada hari ke
2- 3 post partum, kalau belum mengapa, kalau sudah bagaimana konsistensi dan
warnanya, tanyakan juga kebiasaan buang air besar dirumah, karena kebiasaan
buang air besar yang tidak tiap hari kadang tidak menimbulkan gangguan.
8. Pola persepsi
Bagaimana penerimaan klien tehadap tindakan yang
dilakukan terhadap proses persalinan.
2.3.1.2 Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh melalui pemeriksaan
fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Data obyektif yang dapat
ditemukan pada ibu nifas adalah:
1.
Riwayat
persalinan
Yang perlu ditanyakan adalah tempat, tanggal, jam
persalinan, penolong, jenis persalinan serta masalah- masalah yang timbul
selama persalinan.
2.
Keadaan umum,
kesadaran yang diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan umum pada klien saat
pengkajian .Apakah klien terlihat pucat atau segar, apakah klien sadar penuh
dan dapat beradaptasi dengan keadaan disekitarnya.
3.
Tanda-tanda
vital
Hal- hal yang diperiksa adalah tekanan darah, suhu
rektal atau axiler, denyut nadi dan pernafasan.
4.
Tinggi badan
dan berat badan
Dapat diperiksa apabila keadaan memungkinkan,
apabila klien masih tiduran tidak perlu dicantumkan atau diukur.
5.
Pemeriksaan
fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan
adalah
Muka : Pucat, terdapat
chloasma gravidarum atau tidak, ekspresi wajah serta ada oedema atau tidak
Mata : Conjungtiva warna
pucat atu tidak, terdapat ikterus atau tidak pada gigi terdapat caries atau
tidak serta kebersihannya.
Mulut : Terdapat stomatitis
atau tidak, pada gigi terdapat caries atau tidak ssrta kebersihannya.
Leher : Pembesaran kelenjar
tiroid ada atau tudak, pembesaran vena jugularis ada atau tidak.
Dada : Bentuk dada simetris
atau tidak, pembesaran payudara, keras, lembek, bentuk putting susu, serta
colostrum keluar atau belum.
Perut : Inspeksi : apa ada luka bekas SC, striae,
linea
Palpasi : TFU secara normal pada hari
pertama post partum setinggi pusat serta kontraksi uterus untuk mengetahui
proses involusi.
Genitalia : Inspeksi : Kebersihan, lochia rubra,warna
merah, bau serta banyaknya.
Perineum : Terdapat bekas episiotomi,
banyaknya jahitan, oedema atau tidak, ada tanda infeksi atau tidak serta luka
tampak kering atau basah.
Anus : Adakah haemorrhoid
ekstremitas : atas: adakah oedema, terpasang
infus atau tidak
bawah:
adakah oedema, ada farices atau tidak serta reflek patela.
6.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi Hb, asam urat,
fungsi ginjal,
Urine
Pemeriksaan laboratorium bisa diulang sesuai
keperluan.
7.
Pemeriksaan
fisikProgram pengobatan dokter
Sesuai dengan terapi di konsep dasar eklamsi.
2.3.2
Analisa Data Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa kebidanan adalah hasil dari perumusan masalah yang diputuskan oleh
bidan. Diagnosa kebidanan sebagai dasar dalam menanggulangi ancaman kehidupan
klien.
Diagnosa kebidanan dan masalah
kebidanan yang muncul pada klien post forceps ekstraksi indikasi eklamsi
adalah:
1. P…….(APIAH) post forceps ekstraksi indikasi
eklamsi hari ke…..
Dasar:
Ibu melahirkan dengan forceps ekstraksi pada tanggal… jam…..
Ibu mengatakan perutnya terasa mules
TFU pada hari pertama post partum setinggi pusat
Pengeluaran lochia rubra, warna merah bau anyir, jumlah…
Kejang saat hamil atau inpartu
Kesadaran composmentis, tanda-tanda vital……….
2. Nyeri luka perineum
Dasar:
Ibu kesakitan bila berubah posisi
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan perineum
Terdapat jahitan pada perineum
( Persis H, 1995: 286)
3. Nyeri rahim karena involusi
Dasar:
Ibu mengatakan perutnya terasa mules, keras dan sakit
Terdapat kontraksi uterus
Tinggi fundus uteri pada hari pertama post partum setinggi pusat
Pengeluaran lochia, bau, anyir
( Persis H, 1995: 282 )
4. Cemas karena terpisah dengan bayinya
Dasar:
Ibu dirawat terpisah dengan bayinya
Ibu menanyakan keadaan anaknya
( Persis H, 1995:
282 )
5. Gangguan penglihatan
Dasar :
dengan jarak tertentu ibu tidak dapat melihat
dengan jelas mata berkunang-kunang
Diagnosa
potensial adalah masalah yang timbul dan bila tidak segera diatasi akan
mengancam keselamatan ibu.( Depkes RI, 1996: 6)
1.
Risiko
terjadinya kejang berulang post partum
Dasar:
Ibu mekahirkan dengan forcps ekstraksi indikasi
eklamsi hari ke….
Desakan darah sistole >160 mmHg dan
diastole > 110 mmHg
Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial:
pusing, penglihatan kabur dan mual
( Persis H, 1995: 107)
2. Risiko terjadinya perdarahan post partum
Dasar:
Post partum 24 jam debgan tindakan forceps
ekstraksi
Kontraksi uterus lembek, TFU tidak sesuai dengan
proses involusi pada hari ke…..
( Persis H, 1995: 282)
3. Risiko terjadinya infeksi nifas
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu tidak melakukan mobilisasi dini
Pembalut terlihat penuh oleh darah
Suhu tubuh > 37,5 0 C
Terdapat jahitan pada perineum dengan tanda-tanda
infeksi yaitu kolor rubor dolor dan fungisiolase
( Persis H,1995: 286)
4. Risiko terjadinya bendungan ASI
Dasar:
Bayi dirawat terpisah dengan ibunya
Ibu belum meneteki bayinya
Putting susu terlihat kotor
Payudara teraba keras
dan tegang
( Persis H, 1995:286)
5. Risiko terjadinya retensio urine sehubungan dengan
trauman persalinan
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu tidak kencing spontan
Kandung kencing penuh
( Persis H, 1995:282)
Tindakan
segera merupakan tindakan berdasarkan beberapa data yang mengidentifikasikan
keadaan gawat darurat, dimana bidan harus bertindak segera untuk keselamatan
jiwa ibu dan janin. Tindakan segera untuk perawatan kebidanan pada klien masa
nifas dengan post forceps ekstraksi indikasi eklamsi untuk mencegah terjadinya
komplikasi selama masa nifas adalah kolaborasi dengan tim medis untuk
melanjutkan terapi eklamsi.